Pages

flash vortex

Kamis, 24 Februari 2011

Akibat Ilmu Kebal

"Bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan" [QS Al Jin:6]

"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila datang waktunya. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan " [QS Al Munaafiqun:11]


Candu ilmu kebal membuat beberapa anggota dan tokoh masyarakat prihatin.Begitu juga para ulama hanif. Muchson Ischak, warga Taman Wisma Asri, Teluk Pucung, Bekasi,menilai ilmu kebal tak membawa banyak manfaat. Ia kemudian mengambil contoh saat peristiwa Banyuwangi terjadi. ''Saat itu juga terjadi kondisi rame-rame mengisi kekebalan. Tapi ternyata mereka juga tidak dapat menolong saudaranya yang terbantai.''

Apakah ilmu semacam ini diperkenankan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW? Kalau kita menelusuri perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, ternyata beliau sering mendapatkan luka-luka akibat penganiayaan kaum kafir. Rasulullah juga mengalami luka-luka dan berdarah saat dilempari oleh penduduk kota Thaif. ''Begitu juga saat Perang Uhud, beliau pun pernah patah gigi,'' jelas Muchson.

Bagaimana pula dengan para sahabat Rasulullah yang syahid di medan pertempuran. Hamzah, paman Rasulullah, gugur dengan wajah remuk dan perut terbelah. Lalu, khulafaurrasyidin Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abu Tholib. Mereka semua meninggal akibat pembunuhan.

''Jika Allah SWT mengizinkan ilmu kekebalan tentu manusia-manusia jaminan surga itu lebih dulu mendapatkan ilmu kekebalan demi untuk menegakkan Dinul Islam. Tidakkah semua ini menunjukkan tidak adanya syariat yang mengajarkan ilmu kekebalan tubuh?''

Keprihatinan juga diungkap Dini, seorang mahasiswa UI. Ilmu kebal, menurutnya, termasuk ke dalam syirik. ''Kayak kita tak percaya dengan kekuatan Allah saja,'' ujarnya. Dengan mempelajari ilmu-ilmu seperti itu berarti kita mempercayai adanya kekuatan yang menandingi kekuatan Allah dan itu berarti syirik.

Diyah Astuti (20), salah seorang mahasiswa di perguruan tinggi swasta di Jakarta Selatan, mengaku pernah ditawari belajar ilmu tersebut di pengajiannya, namun ditolaknya. ''Saya sendiri suka mendengar cerita tentang kesaktian seperti itu, tapi untuk mempelajarinya saya ragu. Takut menjadi sombong dan takabur.''

KH Aunur Rafiq Lc, pengurus Yayasan Kesejahteraan Ummat dan pemilik Rabbani Press di Pasar Rebo, Jakarta, menilai ilmu-ilmu kebal banyak mengandung khurafat dan unsur syiriknya. Yang ajarkan seolah-olah ada ayatnya. Tapi sebenarnya sudah dicampuraduk dengan mantra dan jampe-jampe. Adakalanya susunan ayat dibaca secara terbalik. ''Begitulah cara jin dan syetan memperdaya kita tuntunan yang seolah-olah dari ajaran Islam.''

Menurutnya, dalam situasi serba sulit ini mestinya kita tidak melakukan hal-hal yang justru mengotori akidah. Sebagai orang beriman, mestinya kita dengan penuh keikhlasan berserah diri kepada kekuasaan Allah. Jika telah ikhlas, Allah telah berjanji akan menjaga bahkan meninggikan martabat kita. ''Bukankah mati syahid lebih baik ketimbang mati dalam bau khurafat dan kemusyrikan?''


Pemberian ilmu kebal, menurut Ketua Yayasan Salamullah Lia Aminuddin, umumnya memang dilakukan dengan cara mencampur air putih dengan jarum dan gotri disertai lafaz ayat-ayat atau mantra.

''Ayat-ayat Allah yang dijadikan mantra untuk mendapatkan perlindungan jin, maka ayat-ayat itu tak akan membawa berkah. Sebaliknya, ayat-ayat itu akan bersaksi betapa ayat-ayat suci itu telah dipalingkan dan dijadikan pengundang jin.''

Lia berpendapat, tindakan membekali diri dengan ilmu kebal merupakan gejala yang membahayakan. Menurut dia, ilmu kebal bukan ilmu Allah, melainkan ilmu jin. Karenanya, kata dia, ini merupakan perbuatan syirik.

Fenomena ilmu kebal dan ilmu gaib lainnya tidak hanya marak di Indonesia, tetapi hampir di seluruh dunia. Menurut Dr Deddy Mulyana, pakar komunikasi antar budaya UNPAD, bahkan beberapa tahun lalu, Nancy Reagen pun pernah menggegerkan Amerika karena mempunyai dukun pribadi tempat di mana dia sering berkonsultasi.

Sementara itu, menurut KH Abdullah Abbas, sesepuh dan pengayom Pondok Pesantren Buntet di Cirebon, Jabar, ilmu-ilmu yang diajarkan di pesantren itu berisi doa-doa ma'rifat. ''Itu ada kitab-kitabnya. Yang menyangkut ilmu hikmah. Sudah ada pedomannya.''

Hal senada diungkap Rais Am PB NU KH Ilyas Ruhiyat. Menurutnya, apa yang dilakukan para kiai di Jatim itu sekadar ikhtiar atau upaya mempertahankan diri, Bukan untuk gagah-gagahan. ''Semua itu ada syarat-syaratnya, tak sembarangan orang bisa. Kalau niatnya jahat malah bisa batal.''

Mencari ilmu kebal, menurut KH Ibrahim Hussein, Ketua Komisi Fatwa MUI, adalah gejala musiman. ''Ilmu-ilmu tersebut sah-sah saja jika tidak membawa orang pada perbuatan menduakan Tuhan (syirik), dan tidak mengganggu orang lain.'' Syirik tidaknya ilmu kebal, menurutnya, tergantung dari niat orang yang menginginkannya.

Tetapi, ulama Partai Keadilan punya pendapat lain. KH Didin Hafiduddin MSc menilai itu merupakan langkah mundur masyarakat. Pendekatan atau jalan pintas itu salah dan tidak bisa dipertanggungjawabkan secara moral dan agama.

''Perilaku itu tak mendidik,'' kata calon presiden PK tersebut. Pemilu, katanya, jangan terlalu dipolakan sebagai pesta kerusuhan dan huru-hara sehingga orang-orang berbuat seperti itu. Jika memang benar orang-orang partai politik atau satgasnya sengaja mengebalkan diri, itu sama sekali tidak mengajarkan masyarakat untuk berpolitik secara rasional.

KH Dr Habib Salim Segaf Al Jufri, Ketua Dewan Syariah PK, fenomena itu sebagai langkah yang tidak Islami. ''Kalau mencari perlindungan ya kepada Allah, bukan seperti itu caranya.'' Mereka yang mendapatkan ilmu kebal, katanya, yakin bahwa ilmu-ilmu tersebut menjadi bentengnya. ''Ini mengarah pada perbuatan syirik,'' tegasnya.

Menurut Salim Segaf, ilmu-ilmu kebal tersebut telah ada sejak zaman Rasulullah. ''Kalau memang dianjurkan, akan digunakan Rasulullah. Kenyataannya Rasulullah tidak menggunakannya,'' tegasnya. Kalau semangat Al Quran dalam surat Al Jin ayat 6 dan Al Munaafiqun ayat 11 disimak baik-baik, langkah mencari kekebalan itu jelas tidak perlu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar